Kehidupan di Era Teknologi Membuatmu Hidup Bagai Zombie


Tak bisa dipungkiri saat ini kita hidup didunia teknologi yang serba canggih. Jangan terlena, the real kehidupanmu jauh lebih berwarna.


Di era teknologi kamu akan mengerti bahwa saat ini manusia lebih banyak diam, menunduk dan senyum - senyum sendiri. Jika dulu hal tersebut terlihat aneh dan dianggap " gila ", zaman sekarang kita bisa memaklumi bahkan terbiasa karena itu semua tak lain dipengaruhi oleh canggihnya berbagai aplikasi.

Inilah bukti duniamu hanya sebatas layar 8 inci dengan puluhan jenis aplikasi yang hanya mengandalkan jari sebagai caramu menjelejahi  " bumi ", semakin banyak like, komentar dan share kamu merasa hidupmu lebih diakui.

1. Menunggu bukan lagi hal yang membosankan, karena ada si layar pintar yang setia membagikan keluh kesah dalam sebuah kolom " what's on your mind ? "

Saling balas komentar akan membuat suasana ramai via http://poster.co.id

Jika dulu menunggu jadi hal yang membosankan, di era yang serba canggih saat ini justru menunggu jadi sangat menyenangkan apalagi jika harus menunggu ditempat yang difasilitasi WIFI gratis, tinggal pesan secangkir kopi, maka kamu tidak lagi menunggu sendiri.

Tinggal tulis dikolom " what's on your mind ? " komentar teman - temanmu akan meramaikan suasana, karena raga buatmu tak penting, jari lentikmu sudah mewakili semuanya.

2. Reunian sebatas kumpul lalu makan, kadang cerita temanmu tak dihiraukan karena si layar pintar lebih mengasyikan

Judulnya si reunian via http://triyogaprasetya.blogspot.com
Diajak kumpulnya susah, giliran kumpul sibuk dengan gadget masing - masing, sebenarnya si gak ada yang penting hanya saja jari kita sudah terbiasa dengan aktifitas googling - googling.

Pertemuan dengan teman lama menjadi moment yang dinanti, tapi suasana jadi terlihat basi disaat kita coba ajak bicara mereka, tapi ujung - ujungnya cuma dapat kata " hah ? tadi lo ngomong apa ? "

3. Tampak akrab dimedia sosial tapi ketemu langsung pura - pura tidak kenal

Siapa ya ?? via http://jalantikus.com

" sabar ya say, semua akan indah pada waktunya ? "

" say, itu dimana ya kok keren banget ..

ATAU

" kangen deh . . kapan ya kita ketemu ??


Rajin komentar layaknya sahabat karib dari orok bahkan gak pernah absen buat nglike atau nglove postingan kita tapi giliran papasan dijalan langsung pura - pura gak kenal parahnya pura - pura gak liat.

Coba hitung berapa banyak temanmu di media sosial dan realita ? apakah mereka semua memang benar - benar temanmu atau hanya sebatas berteman demi mendapatkan like dan love balik darimu ?

4. Orangtua zaman sekarang sibuk posting aktifitas anak, entah dalam rangka dokumentasi atau sekedar eksistensi

mom please .. via http://worpress.com

Mendokumentasikan aktifitas anak memang hak setiap orang, mulai dari si anak bangun tidur sampai tertidur kembali menjadi moment yang patut dikenang sampai pada akhirnya mereka dewasa semua itu menjadi kenangan yang indah untuk diingat kembali.

Moment indah sesungguhnya ada pada ingatan kita, manfaatkan setiap tumbuh kembang mereka dengan perhatian penuh tanpa harus sibuk dengan gadget yang tak pernah lepas dari genggaman.

Semakin dewasa anak akan semakin paham mana dokumentasi dan mana eksistensi, jelas dua hal tersebut berbeda.

5. Pertemuanmu dengan sang pacar terasa hambar, karena ada godaan si layar pintar

Sibuk posting kegiatan via http://abg.me

Mau ketemu, posting !

Mau makan,  foto dulu terus posting !

Pindah tempat, posting !

Beli minuman, posting !

Nonton film dibioskop, posting !

Pacar lagi sibuk ngomong, difoto, terus posting !


Pertemuanmu dengan sang pacar jadi moment yang dinanti, tapi apa artinya jika setelah bertemu kalian sibuk dengan gadget masing - masing. Setiap kegiatan yang dilakukan tak luput dari posting, lalu quality timenya dimana ?
Kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika kita terlalu sibuk berbahagia hingga tak lagi sempat berbagi segala aktivitas kita ke dalam ranah sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai Hamba Allah yang Menyakitiku Dengan Terlalu, Kehadiran dan Maafmu Datang di Waktu yang Tidak Tepat

Pengalaman Inseminasiku sebagai Pejuang Garis Dua

Kami Masih Berjuang