Hadiah Untuk Umi

Ini kali pertama saya memberikan sebuah hadiah untuk orangtua, khususnya untuk Umi yang sudah melahirkan dan membesarkan saya. Malu rasanya saya sebagai anak tidak dapat membalas segala kebaikan beliau selama ini. Hadiah ini memang tidak seberapa, tapi saya tau Umi akan senang menerimanya. Saya sedih ketika melihat diri saya sendiri memamerkan sebuah barang mahal kepada beliau dan beliau sangat senang, senang karena anaknya sudah mampu membeli semua kebutuhannya sendiri, senang karena anaknya kini sudah bisa menghasilkan uang, itu saya pikir. Jauh sekali terlihat muka iri pada guratan wajah tua beliau. Suatu hari saya melihat beliau kesulitan melihat tulisan saat akan mengetik atau menghitung menggunakan handphone jadulnya, sedih karena saya sebagai anak selama ini tidak peka. Saya teringat ketika saya kehilangan handphone, beliau membelikan yang baru dengan menggunakan uang belanjanya, dia kumpulkan selama 2 bulan sampai bisa membelikan handphone baru saat itu. Yaaa . . dia tidak ingin melihat anaknya bersedih, dibelikannya lah saya sebuah handphone yang saat itu hanya bisa digunakan untuk SMS dan telpon saja, tapi saya bahagia dan amat sangat bahagia. Sekarang saatnya saya sedikit membalas kebaikan beliau dengan membelikan sebuah handphone yang memang jauh dari kata canggih, tapi memang beliau menggunakan barang tsb hanya untuk SMS dan telpon saja, tidak seperti ibu-ibu zaman sekarang yang gaulnya melebihi anak muda. Bukan maksud saya tidak mau memberikan sesuatu yang mahal dan canggih, tapi untuk apa jika itu malah akan membuat bingung beliau, toh beliau tidak membutuhkannya, karena yang beliau butuhkan hanya handphone yang font nya besar dan ada radionya. Umi sangat baik, bahkan sampai detik ini beliau tidak pernah meminta apa pun kepada anak-anaknya, sampai anaknya sukses pun Bapak atau Umi tidak pernah mau membebankan anak-anaknya. Semoga beliau suka atas hadiah sederhana ini =)


Special gift for my special person



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai Hamba Allah yang Menyakitiku Dengan Terlalu, Kehadiran dan Maafmu Datang di Waktu yang Tidak Tepat

Pengalaman Inseminasiku sebagai Pejuang Garis Dua

Kami Masih Berjuang