Teruntuk Anak Tercinta yang Kini Telah Beranjak Dewasa . . [ Bunda, Merindukanmu Nak .. ]
Ada istilah orangtua kaya anak ikut kaya tapi belum tentu sebaliknya. Orangtua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak - anaknya, mereka mampu mengorbankan apapun untuk kebahagiaan anaknya. Orangtua selalu berjuang bagaimanapun caranya agar sang anak mampu tumbuh dengan kecerdasan dan kesuksesan kedepannya. Namun ada kalanya ketika sang anak sudah tumbuh dewasa bahkan menajadi sosok yang sukses dan membanggakan, mereka harus iklas karena sang anak saat ini sudah bukan gadis atau jagoan yang mungil, lucu dan menggemaskan lagi.
Saat ini mereka telah tumbuh menjadi manusia dewasa yang sudah tahu arti kehidupan, tahu rasanya jatuh cinta bahkan tahu yang namanya jatuh bangun dalam meraih kesuksesan tersebut. Tak ada lagi tawa canda dirumah, tak ada lagi mainan yang berserakan dalam rumah, tak ada lagi rengekan minta jajan atau tangis sedih saat pertama terjatuh dari sepeda.
Seketika rumah menjadi sepi, hening dan seperti tak berpenghuni. Sang ayah yang dulu gagah perkasa sekarang tinggal menikmati masa tua dengan rasa sepi. Sang Ibu yang dahulu sibuk mengurus keperluan si kecil kini hanya mampu memasak untuk sang ayah dan anak - anak mereka yang mungkin tak kan tersentuh sedikit pun. Sang anak yang semakin sibuk bahkan untuk bertegur sapa dengan orangtua merupakan pemandangan yang luar biasa.
Berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sampai matahari terbenam.
Saat ini yang mereka pikirkan adalah sebuah kesuksesan yang harus digapai sedari muda. Istilah yang mereka pegang adalah bagaimana antara mencari uang dan menghambiskan uang seimbang atau antara bekerja dan bermain harus seimbang bukan antara bekerja dan keluarga yang harus seimbang. Dahulu ayah banting tulang demi keluarga, demi istri dan anak - anak dirumah agar mereka dapat hidup layak, agar anak - anak mereka tak kekurangan. Ayah banting tulang untuk dapat mendidik anak - anak mereka menjadi anak yang pintar, memasukan mereka ke sekolah elit dengan biaya sekolah yang boombastis, hanya satu yang diharapkan, kelak mereka berharap anak gadisnya atau jagoannya tersebut dapat menjadi anak yang membanggakan keluarga. Ketika sang anak memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ada kalanya orangtua menyempatkan waktu untuk hadir walau hanya sekedar mengambil rapot atau menyaksikan sang anak dalam wisudanya.
Jelas terlihat kebanggaan tersendiri digurat wajah mereka, sang anak yang dahulu hanya mampu merangkak, kini ada dihadapan ratusan orang untuk menerima penghargaan atas nilai dan prestasi terbaiknya. Lalu setelah acara selesai perayaan atas prestasi yang telah diperoleh bukan dengan ke dua orangtua melainkan dengan ? yaaa . . dengan teman atau bahkan kekasihnya. Ayah dan Ibu hanya mampu tersenyum walau dihati kecilnya dia sedih karena tak dapat merayakannya secara bersama. " Selamat ya sayang, ayah dan ibu bangga sekali . . ( sambil mengecup dan memeluknya erat ). Sang anak berkata " makasih ibu, nanti ayah sama ibu pulang duluan saja, aku mau merayakan kelulusan ini bersama teman - temanku.
Tak pernah sedikit pun terlepas bunga dalam genggamannya itu, bunga dari sang kekasih. Kekasih yang baru dikenal satu tahun belakangan, tapi mampu melepaskan dua orang malaikat yang sudah melahirkan dan memperjuangkan kehidupannya sampai pada detik ini. Sampai pada masa mencari pekerjaan setelah kelulusan tersebut, bimbang, galau, sedih karena melihat teman - teman lain sudah memiliki pekerjaan, sudah kerja dikantoran nan elit, tak semangat dalam menjalani kehidupan karena putus cinta, putus cinta dengan seseorang yang dibanggakan, diprioritaskan, dijadikan nomor satu dari apapun. Ibu datang sebagai penenang dan ayah hadir sebagai penyemangat, tak pernah sedetik pun mereka pergi. Mereka berkata bahwa rezeki semua sudah diatur, tak ada yang harus dikawatirkan. Semangat nak . .
Kini sang anak sibuk dengan dunianya, dunia kerja dan dunia pergaulannya. Projek dan bisnis yang saat ini mengisi kehidupannya. Uang dan gaya hidup yang saat ini membuatnya bahagia. Posisi kerja yang semakin tinggi membuatnya berubah, lupa akan keluarga dan orangtua. Hari - harinya kini dikelilingi oleh klien dan tumpukan pekerjaan yang harus diotorisari. Tak ada waktu untuk sekedar bersujud untuk mengucap syukur kepadaNya. Tak ada waktu untuk sekedar bertanya bagaimana keadaan ayah dan ibu dirumah. Rumah menjadi tempat nomor sekian saat ini, lebih tepatnya hotel berbintang lima menjadi hunian sementara demi mengejar sebuah projek dan klien dari berbagai negeri bahkan luar negeri.
Hari libur menjadi hari yang dinanti, sibuk didapur demi dapat membuatkan masakan kesukaan sang buah hati dan duduk santai bersama. Waktu menunjukan pukul 09 pagi, sang anak belum juga bangun, sampai terdengarlah dering telpon yang membangunkannya, tampak tergesa - gesa lari ke kamar mandi untuk segera bergegas pergi. Mau kemana nak ? "tanya sang ibu. Sang anak menjawab dengan sangat lantang " Mau ketemu teman - teman bu, ini kan weekend". Tak lama kemudian datanglah teman - temannya dan seketika merenggut waktu yang sangat dinanti sang Ibu. Masakan yang telah dibuat penuh kasih sayang dan kebahagian tak tersentuh sama sekali, kursi - kursi meja makan itu hanya mampu ditatapnya penuh harap.
Kami rindu buah hati kami yang nakal, menggemaskan dan hobi mengacak - ngacak isi rumah. Tak apa yang penting rumah ini kembali ramai, ramai dengan canda tawa dan tangis. Kami rindu buah hati kami yang setiap libur sudah membuat jadwal untuk berlibur bersama, menunggu hari libur Ayah dan Ibunya, menantikan kami untuk dapat bermain ditaman atau berenang bersama, kami rindu kamu nak . . Luangkan lah sehari untuk sekedar berdiskusi bersama kami.
Kami semakin menua, usia kami tak muda bahkan sudah tak mampu menahan segala aktifitasmu, luangkan lah untuk kami walau hanya sekedar duduk manis dihalaman dengan meminum segelas teh hangat kesukaanmu. Kami bangga atas kesuksesanmu saat ini nak, namun kami menyesal karena dahulu tak mengajarkanmu bagaimana caranya bersyukur dan berterimakasih. Kami tak mengharapkan uangmu, tak mengharapkan jerih payah kami dapat diganti, kami hanya ingin kau berterimakasih dengan cara duduk manis bersama didepan TV, makan bersama dan berdiskusi atas kesuksesanmu kini. Tapi teman - teman bahkan kekasihmu kini lebih berarti, kami mungkin tidak masuk list prioritasmu, tak apa nak yang terpenting kamu bahagia.
Kelak kamu akan menjadi orangtua sama seperti kami. Inilah kehidupan, semua berputar. Ada kebersamaan dan perpisahan, semua didunia ini tidaklah kekal, namun ada baiknya kita luangkan waktu satu hari bersama mereka. Percayalah mereka merindukan kita yang sudah sukses, dewasa dan mungkin mereka sedih sudah kehilangan masa kanak - kanak kita. Luangkanlah waktu dan jangan lupa, minimal 5 menit kita berdiskusi bersama mereka. Penyesalan datang diakhir, raga mereka tak mungkin selamanya kekal. Mereka akan pergi meninggalkan kita, jadi selagi mereka sehat, bahagiakanlah mereka =)
Saat ini mereka telah tumbuh menjadi manusia dewasa yang sudah tahu arti kehidupan, tahu rasanya jatuh cinta bahkan tahu yang namanya jatuh bangun dalam meraih kesuksesan tersebut. Tak ada lagi tawa canda dirumah, tak ada lagi mainan yang berserakan dalam rumah, tak ada lagi rengekan minta jajan atau tangis sedih saat pertama terjatuh dari sepeda.
Seketika rumah menjadi sepi, hening dan seperti tak berpenghuni. Sang ayah yang dulu gagah perkasa sekarang tinggal menikmati masa tua dengan rasa sepi. Sang Ibu yang dahulu sibuk mengurus keperluan si kecil kini hanya mampu memasak untuk sang ayah dan anak - anak mereka yang mungkin tak kan tersentuh sedikit pun. Sang anak yang semakin sibuk bahkan untuk bertegur sapa dengan orangtua merupakan pemandangan yang luar biasa.
Berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sampai matahari terbenam.
Saat ini yang mereka pikirkan adalah sebuah kesuksesan yang harus digapai sedari muda. Istilah yang mereka pegang adalah bagaimana antara mencari uang dan menghambiskan uang seimbang atau antara bekerja dan bermain harus seimbang bukan antara bekerja dan keluarga yang harus seimbang. Dahulu ayah banting tulang demi keluarga, demi istri dan anak - anak dirumah agar mereka dapat hidup layak, agar anak - anak mereka tak kekurangan. Ayah banting tulang untuk dapat mendidik anak - anak mereka menjadi anak yang pintar, memasukan mereka ke sekolah elit dengan biaya sekolah yang boombastis, hanya satu yang diharapkan, kelak mereka berharap anak gadisnya atau jagoannya tersebut dapat menjadi anak yang membanggakan keluarga. Ketika sang anak memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ada kalanya orangtua menyempatkan waktu untuk hadir walau hanya sekedar mengambil rapot atau menyaksikan sang anak dalam wisudanya.
Jelas terlihat kebanggaan tersendiri digurat wajah mereka, sang anak yang dahulu hanya mampu merangkak, kini ada dihadapan ratusan orang untuk menerima penghargaan atas nilai dan prestasi terbaiknya. Lalu setelah acara selesai perayaan atas prestasi yang telah diperoleh bukan dengan ke dua orangtua melainkan dengan ? yaaa . . dengan teman atau bahkan kekasihnya. Ayah dan Ibu hanya mampu tersenyum walau dihati kecilnya dia sedih karena tak dapat merayakannya secara bersama. " Selamat ya sayang, ayah dan ibu bangga sekali . . ( sambil mengecup dan memeluknya erat ). Sang anak berkata " makasih ibu, nanti ayah sama ibu pulang duluan saja, aku mau merayakan kelulusan ini bersama teman - temanku.
Tak pernah sedikit pun terlepas bunga dalam genggamannya itu, bunga dari sang kekasih. Kekasih yang baru dikenal satu tahun belakangan, tapi mampu melepaskan dua orang malaikat yang sudah melahirkan dan memperjuangkan kehidupannya sampai pada detik ini. Sampai pada masa mencari pekerjaan setelah kelulusan tersebut, bimbang, galau, sedih karena melihat teman - teman lain sudah memiliki pekerjaan, sudah kerja dikantoran nan elit, tak semangat dalam menjalani kehidupan karena putus cinta, putus cinta dengan seseorang yang dibanggakan, diprioritaskan, dijadikan nomor satu dari apapun. Ibu datang sebagai penenang dan ayah hadir sebagai penyemangat, tak pernah sedetik pun mereka pergi. Mereka berkata bahwa rezeki semua sudah diatur, tak ada yang harus dikawatirkan. Semangat nak . .
Kini sang anak sibuk dengan dunianya, dunia kerja dan dunia pergaulannya. Projek dan bisnis yang saat ini mengisi kehidupannya. Uang dan gaya hidup yang saat ini membuatnya bahagia. Posisi kerja yang semakin tinggi membuatnya berubah, lupa akan keluarga dan orangtua. Hari - harinya kini dikelilingi oleh klien dan tumpukan pekerjaan yang harus diotorisari. Tak ada waktu untuk sekedar bersujud untuk mengucap syukur kepadaNya. Tak ada waktu untuk sekedar bertanya bagaimana keadaan ayah dan ibu dirumah. Rumah menjadi tempat nomor sekian saat ini, lebih tepatnya hotel berbintang lima menjadi hunian sementara demi mengejar sebuah projek dan klien dari berbagai negeri bahkan luar negeri.
Hari libur menjadi hari yang dinanti, sibuk didapur demi dapat membuatkan masakan kesukaan sang buah hati dan duduk santai bersama. Waktu menunjukan pukul 09 pagi, sang anak belum juga bangun, sampai terdengarlah dering telpon yang membangunkannya, tampak tergesa - gesa lari ke kamar mandi untuk segera bergegas pergi. Mau kemana nak ? "tanya sang ibu. Sang anak menjawab dengan sangat lantang " Mau ketemu teman - teman bu, ini kan weekend". Tak lama kemudian datanglah teman - temannya dan seketika merenggut waktu yang sangat dinanti sang Ibu. Masakan yang telah dibuat penuh kasih sayang dan kebahagian tak tersentuh sama sekali, kursi - kursi meja makan itu hanya mampu ditatapnya penuh harap.
Kami semakin menua, usia kami tak muda bahkan sudah tak mampu menahan segala aktifitasmu, luangkan lah untuk kami walau hanya sekedar duduk manis dihalaman dengan meminum segelas teh hangat kesukaanmu. Kami bangga atas kesuksesanmu saat ini nak, namun kami menyesal karena dahulu tak mengajarkanmu bagaimana caranya bersyukur dan berterimakasih. Kami tak mengharapkan uangmu, tak mengharapkan jerih payah kami dapat diganti, kami hanya ingin kau berterimakasih dengan cara duduk manis bersama didepan TV, makan bersama dan berdiskusi atas kesuksesanmu kini. Tapi teman - teman bahkan kekasihmu kini lebih berarti, kami mungkin tidak masuk list prioritasmu, tak apa nak yang terpenting kamu bahagia.
Kelak kamu akan menjadi orangtua sama seperti kami. Inilah kehidupan, semua berputar. Ada kebersamaan dan perpisahan, semua didunia ini tidaklah kekal, namun ada baiknya kita luangkan waktu satu hari bersama mereka. Percayalah mereka merindukan kita yang sudah sukses, dewasa dan mungkin mereka sedih sudah kehilangan masa kanak - kanak kita. Luangkanlah waktu dan jangan lupa, minimal 5 menit kita berdiskusi bersama mereka. Penyesalan datang diakhir, raga mereka tak mungkin selamanya kekal. Mereka akan pergi meninggalkan kita, jadi selagi mereka sehat, bahagiakanlah mereka =)
I LOVE YOU MOM |
Komentar
Posting Komentar