Gunung Bromo Menjadi Pilihan Tepat Untuk Liburan yang Singkat

Ini awal mula saya mengenal kata liburan. Bisa dibilang saya termasuk orang yang kena virus ngetrip yang kekinian. Gunung Bromo berasa di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di kelilingi oleh 4 wilayah pemerintahan Kabupaten karena Gunung Bromo memang terletak di perbatasan Kabupaten tersebut, yaitu Kapupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.

Saat itu saya pergi berempat dengan Reny, Yohana, Riri. Kami berangkat menggunakan kereta ekonomi dari Stasiun Senen dengan harga Rp 65.000 sampai stasiun Malang. Lalu sampai di Malang kami memilih untuk beristirahat di sebuah hotel bertarif bawah yaitu sekitar Rp 150.000/malam, saya lupa nama hotelnya. 

Selesai bersih-bersih, kami segera bergegas pergi ke taman kota batu, taman yang unik dengan permainan bianglala dan arsitektur buah Apel yang khas kota Malang. Karena trip kali ini sangat singkat, kami tidak ingin buang waktu. 

Paralayang, itulah kegiatan yang kami lakukan pertama, kami akan paralayang di Bukit Batu. Saat itu kami menggunakan jasa paralayang yang bertarif Rp 350.000. Sampai kami di taman kota, sambil menunggu penjemputan ke Bukit Batu, kami duduk-duduk sejenak dan menyempatkan waktu untuk melaksanakan sholat zuhur. Berikut moment kami di taman kota batu :



Taman Kota Batu





Reny, Yohana, Riri & Saya
Setelah cukup lama menunggu akhirnya Mas Surya datang menjemput kami untuk langsung berparalayang ria. Yuhuuuu . . kami tidak sabar. Pemandangan dari bukti batu sangat indah. Kami dapat melihat jelas Kota Malang dari atas bukit.

Bukit Batu
Lalu setelah puas menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit, kami segera bersiap-siap untuk paralayang. Saya jadi orang terakhir untuk terjun, dibantu dengan Mas yang ahli, saya lupa nama Mas nya, angin saat itu cukup kencang, hampir 15 menit saya menunggu sampai pada akhirnya saya terjun. Yuhuuuuuuuuu . . . . awalnya saya takut, tapi lama-lama saya menikmati dan ketagihan. Sangat menyenangkan dan saya berhasil landing dengan baik. Yess . . Alhamdulillah saya masih bisa menginjak bumi kembali

Paralayang
Selesai paralayang kami kembali ke hotel untuk istirahat, bersih-bersih dan sholat, sampai pada jam makan malam, kami memilih makan ditempat yang tidak jauh dari hotel. Cuaca disana saat itu sangat dingin, maka saya memilih susu sebagai penghangat malam itu.


Perut sudah terisi dan kenyang, lalu kami kembali beristirahat dan coba memejamkan mata sejenak sebelum dijemput pukul 01.00 untuk pergi bukit bromo. Kami ingin menikmatin sunset saat itu, maka kami harus rela untuk tidak tidur. Tibalah kami pergi ke puncak untuk mengejar sunset, sesampainya kami di lokasi, kami sudah disuguhi oleh masyarakat sekitar yang menjual penghangat tubuh mulai dari sarung tangan, shail, dan topi kupluk, semua berharga Rp 25.000 tanpa bisa ditawar, mau tidak mau harus beli kalau gk mau mati kedinginan dipuncak sana. 

Benar saja, perjalanan sampai dipuncak kami kembali ditawari sewa jaket tebal karena hawa dipuncak sangat dingin, saat itu pukul menunjukan pukul 04.00 dini hari. Untuk bisa foto bersama sunset yang indah saat itu sangatlah sulit, kami harus bergantian dengan oranglain yang memang sama-sama ingin mengabadikan indahnya matahari yang mucul pagi itu.

Sunset






Bersiap untuk turun

Sudah puas menikmati matahari pagi, hawa sudah mulai panas, kami bergegas turun dan pergi ke bukit savana dan pasir berbisik. Berhubung bukit telethubies saat itu terbakar karena efek kemarau jadi kami tidak pergi kesana. Berikut momentnya :

Bukit Savana

Pasir Berbisik
Puas dengan Savana dan Pasir Berbisiknya, kami melanjutkan perjalanan kepuncak trip kami yaitu Puncak Gunung Bromo. Saat itu cuaca sedang tidak mendukung, kemarau menyebabkan angin dan badai pasir saat itu. Tapi kami tidak ingin perjalanan menjadi sia-sia, karena itu merupakan tujuan utama kami, kalau belum kepuncak artinya kamu belum ke Bromo. Menuju puncak kami sewa kuda dengan harga Rp 100.000/kuda. Dengan angin dan badai pasir yang lumayan bikin mata kami kelilipan, kami melanjutkan perjalanan. 

Dalam perjalanan tsb saya sempat berdiskusi dengan pemilik kuda, disana mereka hampir sebagain penduduknya mencari rezeky lewat sewa kuda seperti itu, apakah badai pasir tidak membuat pernapasan mereka terganggu ? Ya, kebanyakan dari mereka sakit paru-paru karena sering menghirup udara yang mebawa pasir-pasir tsb. Luar biasa . . kita di Jakarta tinggal duduk manis depan komputer aja. Bersyukur . .

Seratus anak tangga harus kami naiki, badai pasir yang sangat kencang awalnya membuat saya untuk mundur saja, karena saya takut terbawa angin dan masuk lembah. Duuuh mengerikan . .
Tapi teman-teman memberikan semangat dan sampailah kami kepuncak. Walaupun setelah sampai puncak kami tidak melihat apa-apa, yaah sudahlaah . . . setidaknya kami sudah merasakan naik 100 anak tangga seperti apa.

Puncak Bromo
Kami kembali turun dan bersiap-siap untuk pulang kerealita sesungguhnya, yaitu BE KER JA hehehehh . . . sebelum ke hotel kami disuguhi makan siang oleh team bromo, laper dan cape membuat sayur sop saat itu jadi sayur paling enak yang pernah saya cicipi. Kami ke hotel untuk berkemas-kemas dan menyempatkan untuk mampir kepusat oleh-oleh di Malang.

Go to Jekardaaah
CP :

Paralayang batu : 0815521195 ( Surya )
Nusantara Trip : 0857 9111 1739
Guide : 081 9455 05225 ( David )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai Hamba Allah yang Menyakitiku Dengan Terlalu, Kehadiran dan Maafmu Datang di Waktu yang Tidak Tepat

Pengalaman Inseminasiku sebagai Pejuang Garis Dua

Kami Masih Berjuang