Harapan yang tak berjalan mulus

" Hallo yudha apa kabar ? "
" alhamdulillah baik . .
" niar apa kabar ?"
" baik juga alhamdulillah ..

itulah awal percakapan kami saat saya hendak pulang kerumah lewat pesan singkat BBM, Niar adalah teman kuliah saya dan teman satu bimbingan saat kami menyelesaikan tugas akhir. Saat ini dia sudah tinggal jauh dari Jakarta yaitu di Lampung, dia ikut suami yang bernama Bayu yang kebetulan masih teman kuliah saya juga. Percakapan kami semakin seru ketika membahas kisah cinta kita masing-masing. Saya pastinya bertanya apakah niar sudah hamil atau sekarang niar sibuk apa ? memang saat itu dia tidak bertanya kapan saya menikah ( pertanyaan basik tiap orang kalo lama gk komunikasi ). Saya malah menyodorkan diri untuk ditanya terkait hal itu hahahaa . . Saya bilang " niar kalo punya kenalan yang siap menikah kenalin ya " Niar menanggapi dengan serius dan bermulai lah percakapan kami soal jodoh dibahas. Ada bagian yang paling saya pahami bahwa jodoh adalah cerminan diri kita sendiri. Hmmm ... memang sepertinya begitu ....

Satu tahun lalu saya sudah menghabiskan waktu dengan orang yang tidak tepat. Mungkin satu tahun lalu saya bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik ? saat itu saya memang ragu untuk menjalani hubungan serius dengan pria yang usianya dibawah saya, saya pikir apa bisa dia serius dengan keterbatasan usia dan ekonomi yang sama-sama belum mapan seperti saya, apa bisa dia pegang semua omongannya yang bilang kalau dia siap menikah diusia 27 tahun. Oh meennn ..... dasar bodohnya saya, jelas-jelas dia bilang siap menikah dia usia 27 thn, dan saya sudah ingin menikah, lalu mengapa saat itu saya terima ? mengapa saat itu saya percaya ? pria usia 23 thn saat itu menjanjikan sebuah hubungan serius dengan wanita 24thn. Buaya . .. yaaa memang itu paling tepat, Stupid Girls . . . yaaa itu tepat untuk saya terima. Saat saya coba untuk menjalani sebuah hubungan yang saya landasi dengan keseriusan yang mendalam, banyak sekali omongan-omongan yang cenderung meremehkannya, teman kantor bilang kalau hubungan saya tidak akan bertahan lama, teman-teman dekat bilang kalau dia cuma anak SMA yang udah gombalin tante-tante, keluarga bilang kalau dia masih terlalu muda untuk serius, dan yang paling bikin sakit hati, ada yang bilang kalau dia lebih cocok jadi anak dibanding jadi calon suami ( setua itukah tampang saya, atau dia yang terlalu childish ?) dan yang lebih parah ada yang beranggapan kalau dia hanya memanfatkan saya dengan segala kebodohan saya. Saya coba abaikan semua omongan nyinyir tersebut, saya pikir mereka berhak menilai apapun, saya pikir mereka semua hanya iri, saya pikir mereka hanya belum mengenalnya saja dan saya merasakan apa yang mereka bilang tidak benar, saya percaya dia sosok pria yang dewasa dan mampu memegang omongannya tsb. Saat itu saya hanya berpikir bahwa dia hanya menjadikan saya pelampiasan atas hubungan cintanya yang dulu kandas ditengah jalan, saya sempat khawatir ketika dia bilang bahwa hubungan 3thn yang pernah dia jalani selesai dibulan Maret, dan dia mendekati saya dibulan Mei, secepat itukah dia bisa melupakan hubungan 3thn yang lumayan lama, hanya selang 2bulan dia bisa langsung mendekati wanita lain, kalau bukan ingin cari kesibukan untuk melupakan yang lama lalu untuk apa ?

Saat semuanya sudah berlalu, dia mengakhiri hubungan ini tanpa ada alasan yang jelas, dan ucapan yang paling membuat saya amat terpukul adalah bahwa dia belum siap untuk menikah secepat itu, padahal saya tidak pernah sedikitpun menargetkan hubungan ini ke jenjang pernikahan, saya menunggu sampai 3thn sesuai dengan yang dia ucapkan, tapi baru 1 tahun hubungan kami berjalan, dia menyerah, dia yang berjanji tapi dia juga yang mengingkari. Duuuh . . memang tidak akan ada habisnya jika harus saya bahas lebih lanjut. Rasa sakit ini memang sudah hilang, tapi jika saya ingat bagaimana cara dia mengakhiri hubungan tanpa bicara dengan keluarga saya yang sudah menganggap dia sebagai anak, itu susah buat saya untuk memahami. Dari situlah saya percaya bahwa semua yang diucapkan teman-teman dan keluarga memang benar adanya, dia kekanak-kanakan, banci, cemen . . cuma untuk memutuskan hubungan saja dia hanya berani by text, mana jiwa laki yang sering dia tunjukan didepan saya dan keluarga ? semua itu cuma topeng saya rasa. Memutuskan hubungan bukanlah hal sulit, bahkan tidak akan sampai merenggut nyawa seperti melawan preman-preman disekitar terminal bis. Dia seperti maling yang mengendap-ngendap bertamu, lalu pergi ketika semua yang dia inginkan sudah terpenuhi. Saat ini saya benci ? Tidak . . saya diajarkan untuk selalu memaafkan siapapun yang sudah menyakiti kita, bahkan keluarga pun masih bertanya apakah saat lebaran saya mengucapkan minal aidin padanya, saya jawab tidak . . saya pikir memaafkan cukup dalam hati dan tidak perlu diketahui siapa pun, cukuplah Allah yang tahu bahwa saya sudah mengiklaskan semuanya. Apakah saat ini dia masih menjaga silahturahmi dengan saya ? jawabanya tidak, dia sudah sibuk dengan petualangan cintanya yang baru. Dia akan memulai semua dari awal lagi, mengumbar janjinya lagi lalu saya si berharap jangan sampai wanita lain merasakan hal yang sama seperti saya. Semoga wanitanya kali ini benar-benar jadi wanita yang terakhir untuknya. Apakah saya masih berharap ? Sangat tidak, Tuhan sudah memberikan petunjuk bahwa dia bukan yang terbaik, lalu mengapa saya harus menentang kehendaknya.

Perjalanan cinta saya bukannlah perjalanan cinta yang paling dramatis, banyak teman-teman saya yang merasakan jauh lebih menyakitkan dari ini. Ada yang sudah pacaran bertahun-tahun lalu kandas karena ada wanita lain, ada yang sudah saling mengenalkan keluarga masing-masing dan kandas ditengah persiapan pernikahan. Semua terasa begitu menyakitkan, mereka mampu bertahan. Saya hanya merasakan sedikit kesakitan ketikan berharap kepada manusia. Saya hanya merasakan bagaimana ditinggalkan oleh orang yang kita sayang ditengah perasaan berharap yang semakin mendalam. Semua orang katanya pasti akan merasakan betapa kita hancur dan terpuruk karena sebuah kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi pada akhirnya semua akan ditunjukan sebuah hadiah terindah sampai kita tidak akan percaya bahwa Tuhan akan sebaik ini. Saya berharap Tuhan mengampuni segalan kesalahan yang pernah saya lakukan lalu memberikan saya hadiah terbaik yang sudah direncanakanNya. Amiiiiin =)

Komentar

  1. Tulisannya bagus yudhaaa 😍 rasanya pengen gue share ke temen gue deh yg lagi cuek kalo dibilangin pacaranya itu ga baik...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai Hamba Allah yang Menyakitiku Dengan Terlalu, Kehadiran dan Maafmu Datang di Waktu yang Tidak Tepat

Pengalaman Inseminasiku sebagai Pejuang Garis Dua

Kami Masih Berjuang